A. Narasi
Narasi adalah cerita yang didasarkan
pada kronologi suatu peristiwa. Narasi dapat berisi fakta, misalnya biografi,
autobiografi, atau kisah pengalaman. Narasi seperti ini disebut dengan narasi
ekspositoris. Narasi bisa juga berisi cerita rekaan seperti yang biasanya
terdapat pada cerita novel atau cerpen. Narasi ini disebut dengan narasi
imajinatif.
Unsur-unsur penting dalam sebuah
narasi adalah: kejadian, tokoh, konflik, alur/plot, dan latar yang terdiri atas
latar waktu, tempat, dan suasana.
Narasi diuraikan dalam bentuk
penceritaan yang ditandai oleh adanya uraian secara kronologis. Penggunaan kata
hubung yang menyatakan waktu atau urutan, seperti: lalu, selanjutnya, keesokan
harinya, atau setahun kemudian kerap dipergunakan.
Tahapan menulis narasi, yaitu sebagai berikut:
- Menentukan tema cerita.
- Menentukan tujuan.
- Mendaftarkan topik atau gagasan pokok.
- Menyusun gagasan pokok menjadi kerangka karangan secara kronologis atau urutan waktu.
- Mengembangkan kerangka menjadi karangan. Kerangka karangan naratif, dapat dikembangkan dengan pola urutan yang berdasar pada tahapan-tahapan peristiwa. Pola urutan waktu ini sering digunakan pada cerpen, novel, roman, kisah perjalanan, cerita sejarah, dan sebagainya.
B. Deskripsi
Kata "deskripsi" berasal
dari bahasa latin "discribe" yang berarti gambaran, perincian, atau
pembeberan. Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan suatu objek
berdasarkan hasil pengamatan, perasaan, dan pengalaman penulisnya. Tujuannya
agar pembaca memperoleh kesan atau citraan yang sesuai dengan pengamatan,
perasaan, dan pengalaman penulis, sehingga seolah-olah pembaca yang melihat,
merasakan, dan mengalami sendiri objek tersebut. Untuk mencapai kesan yang
sempurna, penulis deskripsi merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan.
Dilihat dari sifat objeknya, deskripsi dibedakan atas 2
macam, yaitu:
1.
Deskripsi Imajinatif/Impresionis
ialah deskripsi yang menggambarkan objek benda sesuai kesan/imajinasi si
penulis.
2.
Deskripsi faktual/ekspositoris ialah
deskripsi yang menggambarkan objek berdasarkan urutan logika atau fakta-fakta
yang dilihat. Kita dapat membuat karangan deskripsi secara tidak langsung,
yaitu dengan mengamati informasi dalam bentuk nonverbal berupa gambar, grafik,
diagram, dan lain-lain. Apa saja yang tergambarkan dalam bentuk visual tersebut
dapat menjadi bahan atau fakta yang akurat untuk dipaparkan dalam karangan
deskripsi, karena unsur dasar karangan ini adalah pengamatan terhadap suatu
objek yang dapat dilihat atau dirasakan.
Tahapan menulis karangan deskripsi, yaitu:
- menentukan objek pengamatan,
- menentukan tujuan,
- mengadakan pengamatan dan mengumpulkan bahan,
- menyusun kerangka karangan, dan
- mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Pengembangan kerangka karangan
deskriptif dapat berupa penyajian parsial atau tempat. Penyajian urutan ini
digunakan bagi karangan yang memunyai pertalian sangat erat dengan ruang atau
tempat. Biasanya bentuk karangannya deskriptif. Pola uraiannya berangkat dari
satu titik lalu bergerak ke tempat lain, umpamanya dari kiri ke kanan, atas ke
bawah, atau depan ke belakang.
C. Eksposisi
Kata eksposisi berasal dari bahasa
Latin "exponere" yang berarti: memamerkan, menjelaskan, atau
menguraikan. Karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan
secara terperinci, dengan tujuan memberikan informasi dan memperluas
pengetahuan kepada pembacanya. Karangan eksposisi biasanya digunakan pada
karya-karya ilmiah seperti artikel ilmiah, makalah-makalah untuk seminar,
simposium, atau penataran.
Untuk mendukung akurasi
pemaparannya, sering pengarang eksposisi menyertakan bentuk-bentuk nonverbal
seperti grafik, diagram atau bagan dalam karangannya. Pemaparan dalam eksposisi
dapat berbentuk uraian proses, tahapan, cara kerja dengan pola pengembangan
ilustrasi, definisi, dan klasifikasi.
Karangan eksposisi juga dapat
ditulis berdasarkan fakta suatu peristiwa, misalnya bencana alam, kecelakaan,
atau sejenis liputan berita. Meski bentuk karangannya cenderung narasi, namun
kita dapat membuatnya menjadi bentuk paparan dengan memusatkan uraian pada
tahapan atau cara kerja, misalnya cara mengatasi penyebaran virus flu burung,
mengantisipasi wabah DBD dengan 3M, atau evakuasi korban banjir.
Tahapan menulis karangan eksposisi, yaitu:
- menentukan objek pengamatan,
- menentukan tujuan dan pola penyajian eksposisi,
- mengumpulkan data atau bahan,
- menyusun kerangka karangan, dan
- mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Pengembangan kerangka karangan berbentuk eksposisi dapat
berpola penyajian berikut:
1. Urutan topik yang ada: pola
urutan ini berkaitan dengan penyebutan bagian-bagian suatu benda, hal, atau
peristiwa tanpa memprioritaskan bagian mana yang terpenting. Semua bagian
dianggap bernilai sama.
2. Urutan klimaks dan antiklimaks:
pola penyajian dimulai dari hal yang mudah/sederhana, menuju ke hal yang makin
penting atau puncak peristiwa dan sebaliknya untuk antiklimaks.
Karangan eksposisi sering dibuat
berdasarkan gambar, bagan, matriks, dan sejenisnya. Penyajian bentuk-bentuk
nonverbal tersebut bisa dimaksudkan sebagai objek untuk dijelaskan, tetapi juga
bisa sebagai alat bantu untuk mengkonkretkan penjelasan.
D. Argumentasi
Karangan argumentasi ialah karangan
yang berisi pendapat, sikap, atau penilaian terhadap suatu hal yang disertai
dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-pernyataan yang logis. Tujuan
karangan argumentasi adalah berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat
pengarang. Karangan argumentasi dapat juga berisi tanggapan atau sanggahan
terhadap suatu pendapat, dengan memaparkan alasan-alasan yang rasional dan
logis.
Tahapan menulis karangan argumentasi, sebagai berikut:
- menentukan tema atau topik permasalahan,
- merumuskan tujuan penulisan,
- mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau pernyataan yang mendukung,
- menyusun kerangka karangan, dan
- mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Pengembangan kerangka karangan argumentasi dapat berpola
sebab-akibat, akibat-sebab, atau pemecahan masalah.
1.
Sebab-akibat:
Pola urutan ini bermula dari topik/gagasan yang menjadi sebab berlanjut topik/gagasan
yang menjadi akibat.
2.
Akibat-sebab:
Pola urutan ini dimulai dari pernyataan yang merupakan akibat dan dilanjutkan
dengan hal-hal yang menjadi sebabnya.
3.
Urutan Pemecahan Masalah:
Pola urutan ini bermula dari aspek-aspek yang menggambarkan masalah kemudian
mengarah pada pemecahan masalah.
Ada bermacam-macam cara untuk membuat atau memperkuat
argumentasi, antara lain sebagai berikut:
1.
Kausal:
pembenaran pendapat dengan mengemukakan alasan yang berupa sebab-akibat atau
akibat-sebab.
2.
Keadaan yang memaksa:
pembenaran pendapat dengan mengembangkan berbagai jalan buntu, sehingga tidak
ada jalan alternatif lain.
3.
Analogi:
pembenaran pendapat berdasarkan asumsi bahwa jika dua hal memiliki banyak
persamaan, maka dalam hal lain tentu ada yang sama pula.
4.
Perbandingan:
pembenaran pendapat dengan cara membandingkan dua hal, situasi, dan kondisi.
5.
Pertentangan:
pembenaran pendapat dengan mempertentangkan dua situasi/kondisi.
6.
Kesaksian:
pembenaran pendapat dengan menggunakan/mendasarkan pada keterangan saksi.
7.
Autoritas:
pembenaran pendapat dengan mendasarkan pendapat ahli.
8.
Generalisasi:
pembenaran pendapat/simpulan berdasarkan data/fakta/contoh atau
kejadian-kejadian yang bersifat khusus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar