Selasa, 24 Juli 2012

Fiksi


Lanjutan dari tulisan sebelumnya yang berjudul  Karya Tulis, yang menjelaskan tentang fiksi dan non fiksi. Berikut ini adalah kelanjutan penjelasan mengenai fiksi.

(Sumber : http://ceritafaqih.blogspot.com/2011/09/makalah-tulisan-fiksi.html)

Fiksi adalah sebuah narasi yang sebagian atau seluruhnya berkaitan dengan peristiwa yang tidak faktual  melainkan imajiner dan diciptakan oleh seseorang berdasarkan imajinasinya. Baik itu berbentuk tontonan, pendengaran ataupun tulisan. Secara kasar bahasa, fiksi bermakna sebuah tipuan. Karya fiksi mengambil langkah dalam bentuk cerita, untuk menyampaikan poin, perspektif pengarang, atau hanya sekedar untuk menghibur. Pada dasarnya karya jenis ini tidak butuh pada fakta, logika atau kisah nyata. Apa dan bagaimana isinya, semua tergantung pada sang pengarangnya. Fiksi merupakan sesuatu yang timbul dari dunia khayalan. Malah sebaliknya, ketika fiksi telah berdasarkan fakta secara keseluruhan, maka tak lagi berbentuk fiksi, melainkan sebuah sejarah. ada beberapa karya fiksi yang berdasarkan pada kisah nyata (base on true story), namun ketika ia telah dirangkai dan dibumbuhi imajinasi, ketika itu pula jenisnya berganti menjadi fiksi. Ia tak lagi disebut sebagai sejarah atau sebuah fakta.


Adapun mengenai fiksi, terdiri dari beberapa jenis. Diantaranya: fiksi fantasi, fiksi realistis, fiksi sejarah, fiksi tradisional, fiksi misteri, fiksi ilmiah dan fiksi humor.


1.          Fiksi Fantasi (Fantasy Fiction)
Jenis ini merupakan sebuah cerita yang mungkin saja pernah benar-benar terjadi. Namun ia tidak realistis. Fiksi fantasi tidak dapat diterima akal atau bertolak belakang dengan logika manusia. Seperti contoh, The Harry Potter series yang ditulis JK Rowling. Berkisah tentang dunia sihir berikut segala adegan dan keaktualannya. Sihir boleh saja ada. Namun dunia sihir yang JK Rowling narasikan, sangat sulit dicerna oleh panca indera sehingga ia tetap terikat pada fiksi fantasi.
2.          Fiksi Realistis (Realistic Fiction)
    Meskipun berjenis fiksi, namun beberapa kejadian, orang, dan tempat mungkin saja terjadi. Baik sekarang atau pun di masa depan. Sebagai contoh, novel From The Earth To The Moon karya Jules Verne. 
3.          Fiksi Sejarah (History Fiction)
    Sebuah cerita nyata yang pernah terjadi di masa lalu, lantas kembali dipaparkan di zaman modern. Nama, tempat dan kejadian di tentukan sesuai sejarah tersebut. Contohnya film Hachiko Monogatari yang disutradarai oleh Seijirō Koyama. Merupakan sebuah film melodramatis yang menceritakan kisah nyata tentang persahabatan, kepercayaan dan kesetiaan seekor anjing pada tuannya Profesor Ueno bahkan setelah beliau meninggal dunia.  
4.          Fiksi Tradisional (Traditional Fiction)
Adalah cerita dongeng, mitos, atau tentang legenda rakyat. Fiksi tradisional cenderung dikhususkan bagi anak-anak, mengandung pesan moral yang ingin disampaikan atau sekedar hiburan. Contohnya Aladin dan Lampu Ajaib. Tidak hanya di Eropa, bahkan telah meluas hingga ke benua Asia dan Afrika. Fiksi jenis ini lebih mudah tersebar dibanding jenis fiksi lainnya.
5.          Fiksi Misteri (Mistery Fiction)
Berkisah tentang sebuah cerita yang perlu diselesaikan. Mengandung unsur tanda tanya dan menimbulkan rasa penasaran bagi pembaca, pendengar atau penontonnya. Misteri tersebut tidak mutlak harus diselesaikan. Namun banyak dari pembaca yang menyesal setelah menikmatinya, tatkala misteri yang diangkat ke dalam cerita tersebut tidak menuai penyelesaian.
6.          Fiksi Ilmiah (Science Fiction)
Jenis ini adalah fiksi yang pertama sekali terbentuk sebelum fiksi menjalar ke dalam beragam jenis. Fiksi ilmiah menceritakan tentang kejadian supranatural yang berdasarkan pada ilmu pengetahuan. Contohnya, Ar Risalah Al Kamiliyyah fil Siera An Nabawiyyah atau Theologus Autodidactus oleh seorang polymath islam Ibn Nafis. Disana beliau menyampaikan segala kejadian berdasarkan pengetahuan ilmiah biologi, kosmologi astronomi dan geologi yang dikenal di zamannya.
7.          Fiksi Humor (Humor Fiction)
Mutlak cerita lucu, konyol atau unik yang memancing penikmatnya untuk tertawa. Boleh mengandung pesan makna boleh tidak. Contohnya Abu Nawas, Komik Kambing Jantan dan lain sebagainya.

Pembagian fiksi
Secara umum, fiksi dibagi pada tiga bentuk. Fiksi dalam bentuk tontonan, fiksi yang diperdengarkan dan fiksi dalam bentuk tulisan.
  • Fiksi dalam bentuk tontonan
Adalah buah karya yang ditampilkan pada penikmatnya melalui layar lebar atau layar kaca. Contohnya teater, film dan sinetron. Termasuk di dalamnya lukisan tangan atau gambar yang telah diolah sedemikian rupa, yang mana telah menyamarkan atau bahkan menghilangkan keasliannya.
  •  Fiksi yang diperdengarkan
Seperti musik, syair dan dongeng mulut yang pada dasarnya tidak benar terjadi atau telah beraduk dengan imajinasi manusia. 
  •  Fiksi dalam bentuk tulisan
Fiksi dalam bentuk tulisan atau tulisan fiksi adalah tulisan yang bersifat rekaan, karangan, atau khayalan. Untuk itu, dalam pembuatannya dibutuhkan imajinasi. Dalam tulisan fiksi ini kepekaan penulis akan diasah, mulai dari kemampuan dalam memilih suatu kata (diksi), menyusun alur, serta menyusun kalimat seindah dan seapik mungkin. Karena itu, menulis fiksi kerap diungkap sebagai menulis sastra. Dalam ilmu kejiwaan, menulis fiksi dianggap positif bagi kepribadian karena emosi yang tersimpan dapat tersalurkan. Tidak salah jika seorang bijak menasihati muridnya dengan membuat ujaran menawan, “kenalilah dirimu dengan mengarang”.
                Layaknya pelukis yang menggunakan beragam warna untuk membuat sebuah lukisan, penulis juga menggunakan unsur-unsur fiksi untuk menciptakan sebuah cerita. Unsur-unsur fiksi dibagi kepada dua: Intrinsik dan Ekstrinsik.
                Unsur intrinsik (intrinsic) merupakan unsur-unsur yang secara langsung membangun karya sastra. Unsur-unsur ini antara lain terdiri dari tema, tokoh dan karakteristiknya, dialog, latar, suasana, alur atau plot, peristiwa, cerita, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain.
                Sedangkan unsur ekstrinsik (extrinsic) adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung turut mempengaruhi sistem organisme karya sastra tersebut. Menurut Wellek dan Austin Waren, unsur ekstrinsik tak lain adalah keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup dimana kesemuanya akan mempengaruhi karya yang ditulisnya. Dengan kata lain, unsur biografi pengarang akan turut menentukan corak karya yang dihasilkannya.

Beberapa jenis tulisan fiksi yang dikenal atau pernah muncul ke permukaan seperti puisi, cerpen, cerbung, novel, hikayat dan masih banyak lagi jenis lainnya.

1.          Puisi.
                Menulis puisi adalah menulis menggunakan emosi dan imajinasi. Sejauh mana kita bisa memanfaatkan emosi dan mengembangkan imajinasi kita, sejauh itu pula kita bisa membuat puisi. Hal yang perlu diperhatikan dalam menulis puisi adalah kita harus mampu menyelaraskan antara makna kata, irama kata, serta pengucapan kata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar