Lanjutan dari tulisan sebelumnya yang berjudul Karya Tulis, yang menjelaskan tentang fiksi dan non fiksi. Berikut ini adalah kelanjutan penjelasan mengenai fiksi.
(Sumber : http://ceritafaqih.blogspot.com/2011/09/makalah-tulisan-fiksi.html)
Fiksi adalah sebuah narasi yang sebagian atau seluruhnya berkaitan dengan peristiwa yang tidak faktual melainkan imajiner dan diciptakan oleh seseorang berdasarkan imajinasinya. Baik itu berbentuk tontonan, pendengaran ataupun tulisan. Secara kasar bahasa, fiksi bermakna sebuah tipuan. Karya
fiksi mengambil langkah dalam bentuk cerita, untuk menyampaikan poin,
perspektif pengarang, atau hanya sekedar untuk menghibur. Pada dasarnya
karya jenis ini tidak butuh pada fakta, logika atau kisah nyata. Apa dan
bagaimana isinya, semua tergantung pada sang pengarangnya. Fiksi
merupakan sesuatu yang timbul dari dunia khayalan. Malah sebaliknya,
ketika fiksi telah berdasarkan fakta secara keseluruhan, maka tak lagi
berbentuk fiksi, melainkan sebuah sejarah. ada beberapa karya fiksi yang berdasarkan pada kisah nyata (base on true story),
namun ketika ia telah dirangkai dan dibumbuhi imajinasi, ketika itu
pula jenisnya berganti menjadi fiksi. Ia tak lagi disebut sebagai
sejarah atau sebuah fakta.
Adapun mengenai fiksi, terdiri dari beberapa jenis. Diantaranya: fiksi fantasi, fiksi
realistis, fiksi sejarah, fiksi tradisional, fiksi misteri, fiksi ilmiah dan
fiksi humor.
1. Fiksi Fantasi (Fantasy Fiction)
Jenis ini merupakan sebuah cerita yang mungkin saja pernah benar-benar terjadi.
Namun ia tidak realistis. Fiksi fantasi tidak dapat diterima akal atau
bertolak belakang dengan logika manusia. Seperti contoh, The Harry
Potter series yang ditulis JK Rowling. Berkisah tentang dunia sihir
berikut segala adegan dan keaktualannya. Sihir boleh saja ada. Namun
dunia sihir yang JK Rowling narasikan, sangat sulit dicerna oleh panca
indera sehingga ia tetap terikat pada fiksi fantasi.
2. Fiksi Realistis (Realistic Fiction)
Meskipun berjenis fiksi, namun beberapa kejadian, orang, dan tempat mungkin saja terjadi. Baik sekarang atau pun di masa depan. Sebagai contoh, novel From The Earth To The Moon karya Jules Verne.
3. Fiksi Sejarah (History Fiction)
Sebuah
cerita nyata yang pernah terjadi di masa lalu, lantas kembali
dipaparkan di zaman modern. Nama, tempat dan kejadian di tentukan sesuai
sejarah tersebut. Contohnya film Hachiko Monogatari yang disutradarai oleh Seijirō Koyama. Merupakan sebuah film melodramatis yang menceritakan kisah nyata tentang persahabatan, kepercayaan dan kesetiaan seekor anjing pada tuannya Profesor Ueno bahkan setelah beliau meninggal dunia.
4. Fiksi Tradisional (Traditional Fiction)
Adalah
cerita dongeng, mitos, atau tentang legenda rakyat. Fiksi tradisional
cenderung dikhususkan bagi anak-anak, mengandung pesan moral yang ingin
disampaikan atau sekedar hiburan. Contohnya Aladin dan Lampu Ajaib.
Tidak hanya di Eropa, bahkan telah meluas hingga ke benua Asia dan
Afrika. Fiksi jenis ini lebih mudah tersebar dibanding jenis fiksi
lainnya.
5. Fiksi Misteri (Mistery Fiction)
Berkisah tentang sebuah cerita yang perlu diselesaikan.
Mengandung unsur tanda tanya dan menimbulkan rasa penasaran bagi
pembaca, pendengar atau penontonnya. Misteri tersebut tidak mutlak harus
diselesaikan. Namun banyak dari pembaca yang menyesal setelah
menikmatinya, tatkala misteri yang diangkat ke dalam cerita tersebut
tidak menuai penyelesaian.
6. Fiksi Ilmiah (Science Fiction)
Jenis ini adalah fiksi yang pertama sekali terbentuk sebelum fiksi menjalar ke dalam beragam jenis. Fiksi ilmiah menceritakan tentang kejadian supranatural yang berdasarkan pada ilmu pengetahuan. Contohnya, Ar Risalah Al Kamiliyyah fil Siera An Nabawiyyah atau Theologus Autodidactus oleh seorang polymath islam Ibn Nafis. Disana beliau menyampaikan segala kejadian berdasarkan pengetahuan ilmiah biologi, kosmologi astronomi dan geologi yang dikenal di zamannya.
7. Fiksi Humor (Humor Fiction)
Mutlak
cerita lucu, konyol atau unik yang memancing penikmatnya untuk tertawa.
Boleh mengandung pesan makna boleh tidak. Contohnya Abu Nawas, Komik Kambing Jantan dan lain sebagainya.
Pembagian fiksi
Secara umum, fiksi dibagi pada tiga bentuk. Fiksi dalam bentuk tontonan, fiksi yang diperdengarkan dan fiksi dalam bentuk tulisan.
- Fiksi dalam bentuk tontonan :
Adalah buah karya yang ditampilkan pada penikmatnya melalui layar lebar atau layar kaca. Contohnya teater,
film dan sinetron. Termasuk di dalamnya lukisan tangan atau gambar yang
telah diolah sedemikian rupa, yang mana telah menyamarkan atau bahkan
menghilangkan keasliannya.
- Fiksi yang diperdengarkan :
Seperti musik, syair dan dongeng mulut yang pada
dasarnya tidak benar terjadi atau telah beraduk dengan imajinasi
manusia.
- Fiksi dalam bentuk tulisan :
Fiksi dalam bentuk tulisan atau tulisan
fiksi adalah tulisan yang bersifat rekaan, karangan, atau khayalan.
Untuk itu, dalam pembuatannya dibutuhkan imajinasi. Dalam tulisan fiksi
ini kepekaan penulis akan diasah, mulai dari kemampuan dalam memilih
suatu kata (diksi), menyusun alur, serta menyusun kalimat seindah dan
seapik mungkin. Karena itu, menulis fiksi kerap diungkap sebagai menulis
sastra. Dalam ilmu kejiwaan, menulis fiksi dianggap positif bagi
kepribadian karena emosi yang tersimpan dapat tersalurkan. Tidak salah
jika seorang bijak menasihati muridnya dengan membuat ujaran menawan,
“kenalilah dirimu dengan mengarang”.
Layaknya pelukis yang menggunakan beragam warna untuk membuat sebuah
lukisan, penulis juga menggunakan unsur-unsur fiksi untuk menciptakan
sebuah cerita. Unsur-unsur fiksi dibagi kepada dua: Intrinsik dan
Ekstrinsik.
Unsur intrinsik (intrinsic)
merupakan unsur-unsur yang secara langsung membangun karya sastra.
Unsur-unsur ini antara lain terdiri dari tema, tokoh dan
karakteristiknya, dialog, latar, suasana, alur atau plot, peristiwa,
cerita, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan
lain-lain.
Sedangkan unsur ekstrinsik (extrinsic)
adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara
tidak langsung turut mempengaruhi sistem organisme karya sastra
tersebut. Menurut Wellek dan Austin Waren, unsur ekstrinsik tak lain
adalah keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap,
keyakinan, dan pandangan hidup dimana kesemuanya akan mempengaruhi karya
yang ditulisnya. Dengan kata lain, unsur biografi pengarang akan turut
menentukan corak karya yang dihasilkannya.
Beberapa jenis tulisan fiksi yang dikenal atau pernah muncul ke
permukaan seperti puisi, cerpen, cerbung, novel, hikayat dan masih
banyak lagi jenis lainnya.
1. Puisi.
Menulis puisi adalah menulis menggunakan emosi dan imajinasi. Sejauh
mana kita bisa memanfaatkan emosi dan mengembangkan imajinasi kita,
sejauh itu pula kita bisa membuat puisi. Hal yang perlu diperhatikan
dalam menulis puisi adalah kita harus mampu menyelaraskan antara makna
kata, irama kata, serta pengucapan kata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar