Bayang itu sungguh tak tau malu
Terus mengikuti setiap jengkal langkah kakiku
Walau ku usir tetap diam membisu di tempat
Walau kucaci tetap sunggingkan senyumnya yang memikat
Makin hari membuatku makin gusar olehnya
Harus terbentur keadaan dan kenyataan bahwa aku sudah luluh oleh bujuk rayuan manisnya yang sengaja ditata untuk mengikat
jadilah orang2 mulai menatap sinis ke arahku
ada yang tertawa geli
Ada juga mungkin yang mencaci maki
maka tiap detiknya jadilah aku frustasi
Takut prinsipku benar2 akan mati
Dengan demikian orang2 akan temukan kata kunci yang tepat bermerek ''kemunafikan'' untuk membuka teka-teki hidupku di dunia ini
Aku sebenarnya sedang belajar bagaimana seharusnya menjadi manusia
Tapi bayang itu sungguh tak tau malu
bukan saja mengikuti setiap jengkal langkah kakiku
Bahkan berani menuntunku untuk berhenti sejenak memanjakan pikiran dan hati dengan bermain-main ditaman binatang menikmati suasana indahnya
Mumpung umur masih muda katanya
Membuatku makin hari makin gusar
Harus terbentur keadaan dan kenyataan bahwa aku sudah luluh oleh godaan yang sengaja direka untuk menyesatkan
Pertanyaanpun mencecar pikiran sudah dalam hitungan ribuan
Kenapa aku bisa luluh
Kenapa aku bisa luruh
Kenapa aku begini
Kenapa aku begitu
Kucoba cari jawaban
Tapi adanya dalam hati namun dikuncikan oleh kebisuan
Menunggu sampai waktu bisa temukan kunci menyelamatkan jawaban untuk mengakhiri segalanya
Ingin segera aku tidur dalam pelukan bumi
Dengan selimut hangat bewarna gelap pekat milik malam
Bukan dalam hitungan detik, jam, minggu, ataupun tahun tapi untuk selamanya
Akhiri lelah diruang tunggu
Yang tak kunjung dipanggil nomor antrian
Dengan begitu semuanya selesai
Dan bayang yang tak tau malu itu tak akan bisa lagi mengikuti setiap jengkal langkah kakiku
03 Februari 2011 jam 9:36
Terus mengikuti setiap jengkal langkah kakiku
Walau ku usir tetap diam membisu di tempat
Walau kucaci tetap sunggingkan senyumnya yang memikat
Makin hari membuatku makin gusar olehnya
Harus terbentur keadaan dan kenyataan bahwa aku sudah luluh oleh bujuk rayuan manisnya yang sengaja ditata untuk mengikat
jadilah orang2 mulai menatap sinis ke arahku
ada yang tertawa geli
Ada juga mungkin yang mencaci maki
maka tiap detiknya jadilah aku frustasi
Takut prinsipku benar2 akan mati
Dengan demikian orang2 akan temukan kata kunci yang tepat bermerek ''kemunafikan'' untuk membuka teka-teki hidupku di dunia ini
Aku sebenarnya sedang belajar bagaimana seharusnya menjadi manusia
Tapi bayang itu sungguh tak tau malu
bukan saja mengikuti setiap jengkal langkah kakiku
Bahkan berani menuntunku untuk berhenti sejenak memanjakan pikiran dan hati dengan bermain-main ditaman binatang menikmati suasana indahnya
Mumpung umur masih muda katanya
Membuatku makin hari makin gusar
Harus terbentur keadaan dan kenyataan bahwa aku sudah luluh oleh godaan yang sengaja direka untuk menyesatkan
Pertanyaanpun mencecar pikiran sudah dalam hitungan ribuan
Kenapa aku bisa luluh
Kenapa aku bisa luruh
Kenapa aku begini
Kenapa aku begitu
Kucoba cari jawaban
Tapi adanya dalam hati namun dikuncikan oleh kebisuan
Menunggu sampai waktu bisa temukan kunci menyelamatkan jawaban untuk mengakhiri segalanya
Ingin segera aku tidur dalam pelukan bumi
Dengan selimut hangat bewarna gelap pekat milik malam
Bukan dalam hitungan detik, jam, minggu, ataupun tahun tapi untuk selamanya
Akhiri lelah diruang tunggu
Yang tak kunjung dipanggil nomor antrian
Dengan begitu semuanya selesai
Dan bayang yang tak tau malu itu tak akan bisa lagi mengikuti setiap jengkal langkah kakiku
03 Februari 2011 jam 9:36
Tidak ada komentar:
Posting Komentar