Rabu, 01 Februari 2012

Makna Dari Semangkuk Bakso


Aku teringat suatu sore di kota khatulistiwa, saat itu hujan mewarnai hari, dinginnya mengusik perut hingga usus-usus berontak menghasilkan bunyi kriuk, dan bau khas bakso dari warung sebelah kostku tak seperti hari biasanya, khusus hari itu sangat menggoda.  Aku bersama temankupun sebut saja si "A" memutuskan untuk menikmati momen sore itu dengan menyantap semangkuk bakso guna menghangatkan badan.


Aku        : :) mz.... pesan baksonya dua, 1nya pake indomie saja dan yang satu lagi campur
Pelayan   : iya mbak

Beberapa menit kemudian, dihadapanku sudah terhidang 2 mangkuk bakso

Aku : Kuah + bulat bakso + indomie = siap disantap
A     : Kuah + bulat bakso + indomie + sayur, kemudian ditambahinnya kecap, jeruk, dan cabe = siap disantap

Aku menatap perbandingan antara kedua mangkuk bakso, yang satunya terlihat biasa saja (pucat) berbanding terbalik dengan mangkuk satunya lagi lebih bewarna.
Seperti orang bilang kadang rumput dihalaman tetangga terlihat lebih indah dari pada dihalaman sendiri, dan aku coba mencicipi bakso pesanan temanku yang sudah ditambahin ini itu.
Hemmm...... rasanya jauh berbeda (ada rasa manis, asam, asin, serta pedas), dan aku akui jauh lebih nikmat meskipun mencicipinya 1 sendok saja membuat lidah terasa terbakar dan mata berair karena super duper pedas.

Melihat perbedaan ini, dari semangkuk bakso tersebut aku berpikir tentang kehidupan dimana terdiri atas dinamikanya berupa impian, cita-cita ataupun cinta. Untuk menggapai semuanya kita dihadapkan pada problematika yang menawarkan rasa asam, asin maupun pahit diluar rasa manis  (itulah dia suka dan duka), yang mana untuk mendapatkan rasa yang lezat/nikmat kejelian dalam hal menakarnya dan kepandaian dalam mengelolanya adalah hal yang utama.
Seperti halnya semangkuk bakso dihadapanku, lebih terlihat indah warnanya oleh beberapa campuran, dan terasa nikmat  ketika menyantapnya karena paduan dari beberapa rasa. Begitupula dengan hidup, aku menangkap makna didalamnya .... keindahan hidup tercipta bukan karena perjalanannya monoton pada satu sisi saja yaitu cinta atau cita-cita atau lainnya, tetapi manusia butuh keseimbangan antara kesemuanya karena itulah yang memberi warna dalam hidup,  selain rasa  yang menjadi pelengkapnya. Dan tentang rasa, hidup tidak akan berasa nikmat bila yang ada hanya rasa manis dari suka saja tanpa rasa-rasa lain yaitu asam, asin, maupun pahit (dari duka) yang disuguhkan oleh ujian/permasalahan yang tidak luput dalam kehidupan manusia bahkan terkadang ada tiap detiknya hari.

^_~ belajar untuk bersyukurlah diri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar